Sejarah

Globalisasi merupakan sebuah kondisi, dimana setiap orang terlibat dalam kehidupan yang sangat kompleks, tanpa dibatasi oleh wilayah bangsa dan budaya. Sebagai sebuah kenyataan, globalisasi tidak bisa terelakkan lagi dari kehidupan manusia, sehingga menggiring setiap orang untuk mengembangkan kualitas dirinya agar tidak terpinggirkan.

Dalam kehidupan yang sangat kompleks ini, mereka yang mempunyai pengetahuan, teknologi dan sumber daya akan bisa eksis, memenangkan persaingan hidup, bahkan menjadi pemimpin bagi yang lainnya. Tetapi bagi yang lemah dan bodoh, globalisasi hanyalah kekuatan yang membinasakan. Selain sebagai peluang, dimana terjadi berbagai kemudahan dalam berbagai hal, globalisasi juga merupakan tantangan bagi setiap orang. Karena ia dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan berkarya, bersaing, berinteraksi dan kemampuan memenangkan kompetisi. Belajar setiap saat merupakan langkah antisipasi untuk tetap bisa survive.

Disamping menciptakan berbagai kemudahan dan kemajuan, globalisasi berdampak pada kerusakan-kerusakan. Teknologi yang semakin maju mempunyai banyak ekses pada sektor budaya, dan lingkungan. Arus informasi yang kencang, selain mampu mentransformasi pengetahuan lintas wilayah, juga menjadi media transformasi nilai. Yang terkadang budaya di wilayah A tidak cocok dengan wilayah B dan lainnya. Seperti halnya kehidupan materialistis, individualistis yang melekat sebagai identitas manusia modern, dengan mudah tersebar ke berbagai sudut dunia. Padahal sifat-sifat seperti itu tidak cocok dengan nilai-nilai luhur di wilayah lain.

Menomor satukan pengetahuan dan teknologi sebagai ikon globalisasi, telah membuat kebanyakan manusia terfokus pada penguasaan materi. Hal ini berdampak pada penghalalan segala cara, untuk menggapai ambisi materi. Dampaknya ialah eksploitasi lingkungan dan manusia. Arogansi pengetahuan dan teknologi, pada sisi lain telah mendorong orang-orang kuat untuk menindas bahkan menghancurkan kehidupan orang lain. Umat islam mempunyai kewajiban besar untuk menyelamatkan kehidupan dunia, agar tidak terperosok pada kebinasaan, sehingga dunia tetap stabil, damai, terpelihara dan berdampak pada kesejahteraan bersama.

Umat islam berkewajiban untuk menyiapkan sebuah generasi yang memiliki pengetahuan, keimanan yang kokoh, kemampuan mengelola alam, keterampilan berinteraksi serta kemampuan untuk memimpin orang lain dalam kemaslahatan

kehidupan.

Sebagai umat Islam, kita menyadari bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam penyelamatan kehidupan dunia. Dengan pendidikan, kita memberikan bekal kepad anak cucu kita, agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang unggul, dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan.

Namun seiring dengan kuatnya arus globalisasi, dimana niai-nilai negatif dengan mudah meracuni anak-anak dan generasi muda, maka pengetahuan dan teknologi saja tidak cukup. Anak-anak harus dibentengi dengan kekuatan spiritualitas, sehingga ia tidak larut dalam ekses globalisasi, tetapi bisa mengarahkan globalisasi ke arah yang lebih baik.

Pendidikan yang tidak didasari oleh spiritualitas akan menghantarkan anak cucu kita pada kancah globalisasi yang membinasakan. Jika mereka menjadi pemenang, mereka kelak akan menjadi pribadi-pribadi yang rakus dan merusak. Kalaupun tidak rakus dan merusak, dan mereka tergolong generasi lemah, maka mereka akan terseret arus yang diciptakan orang lain, menjadi korban dan bermuara pada situasi yang sama, yaitu kehancuran kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan yang kita perlukan adalah pendidikan Islam, bukan yang lain.

Dengan pendidikan Islam, kita berusaha menyiapkan anak cucu kita, agar menjadi pribadi yang unggul dalam pengetahuan, dan juga unggul dalam kepribadian. Dunia pendidikan yang terus berkembang telah melahirkan ribuan bahkan jutaan gedung sekolah, lembaga kursus, perguruan tinggi dan sebagainya.

Sebuah harapan, bahwa ribuan dan jutaan gedung sekolah itu dapat menjawab kebutuhan untuk terlahirnya sebuah generasi terbaik. Akan tetapi, kita tetap perlu selektif dalam memberikan bekal kehidupan kepada anak cucu kita. Dengan memberikan pendidikan Islam mulai dari rumah dan dilanjutkan dengan sekolah Islam, kita telah memenuhi sebagian kewajiban kepada Allah.